Simak Statistik

Selasa, 02 Agustus 2011

10 Aspek Degradasi Moral dan 11 Prinsip Pendidikan Karakter


Posted on 31 Juli 2011 by AKHMAD SUDRAJAT

Menurut Thomas Lickona (Sutawi, 2010), ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa.

Kesepuluh tanda tersebut adalah:
  1. meningkatnya kekerasan pada remaja,
  2. penggunaan kata-kata yang memburuk,
  3. pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan,
  4. meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas,
  5. kaburnya batasan moral baik-buruk,
  6. menurunnya etos kerja
  7. rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru
  8. rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara
  9. membudayanya ketidakjujuran,
  10. adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama.


Meski dengan intensitas yang berbeda-beda, masing-masing dari  kesepuluh tanda tersebut tampaknya sedang menghinggapi negeri ini. Dari kesepuluh tanda-tanda tersebut, saya melihat aspek yang kesembilan yakni membudayanya ketidakjujuran tampaknya  menjadi persoalan serius di negeri ini. Kejujuran seolah-olah telah manjadi barang langka. Atas dasar  itulah maka  pendidikan karakter menjadi amat penting. Pendidikan karakter menjadi tumpuan harapan bagi terselamatkanya bangsa dan negeri ini dari jurang kehancuran yang lebih dalam.

Meski hingga saat ini belum ada rumusan tunggal tentang pendidikan karakter yang efektif, tetapi barangkali tidak ada salahnya jika kita mengikuti nasihat  dari Character Education Partnership bahwa untuk dapat mengimplementasikan program pendidikan karakter yang efektif, seyogyanya memenuhi beberapa prinsip berikut ini:
  1. Komunitas sekolah mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai inti etika dan kinerja sebagai landasan karakter yang baik.
  2. Sekolah berusaha mendefinisikan “karakter” secara komprehensif,  di dalamnya  mencakup berpikir (thinking), merasa (feeling), dan melakukan (doing).
  3. Sekolah menggunakan pendekatan yang komprehensif, intensif, dan proaktif dalam  pengembangan karakter.
  4. Sekolah menciptakan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian tinggi (caring).
  5. Sekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi para siswanya untuk melakukan berbagai tindakan moral (moral action).
  6. Sekolah menyediakan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang, dapat menghargai dan menghormati seluruh  peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan berusaha membantu mereka untuk meraih berbagai kesuksesan.
  7. Sekolah mendorong siswa untuk memiliki motivasi diri  yang kuat.
  8. Staf sekolah ( kepala sekolah, guru dan TU) adalah sebuah komunitas belajar etis yang senantiasa  berbagi tanggung jawab dan mematuhi nilai-nilai inti yang telah disepakati. Mereka menjadi  sosok teladan bagi para siswa.
  9. Sekolah mendorong kepemimpinan bersama yang memberikan dukungan penuh terhadap gagasan  pendidikan karakter dalam jangka panjang.
  10. Sekolah melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter.
  11. Secara teratur, sekolah melakukan asesmen  terhadap budaya dan iklim sekolah, keberfungsian para staf sebagai pendidik karakter di sekolah, dan sejauh mana siswa  dapat mewujudkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.


Berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan nilai-nilai inti etika di sekolah, tentu saya gembira jika sekolah-sekolah kita dapat menempatkan kejujuran sebagai prioritas utama dalam pengembangan program pendidikan karakter di sekolah. Gordon Allport menyebutkan bahwa kejujuran adalah mahkota tertinggi dari sistem kepribadian individu. Jadi. sehebat apapun kepribadian seseorang jika di dalamnya tidak ada kejujuran, maka tetap saja  dia hidup tanpa mahkota, bahkan mungkin justru dia  bisa menjadi manusia yang berbahaya dan membahayakan.

Informasi tentang pendidikan yang lain dan lebih lengkap dapat ditemui:

2 komentar:

khansaHumairaR mengatakan...

ada degradasi pada dunia pendidikan atau peserta didik itu betul. tapi harap disoroti juga penyebab degradasi itu.

Kenapa ke 10 atau aku yakin masih banyak lg degradasi2 lainnya terjadi pada remaja atau bahkan anak2? pernah gk terfikirkan bahwa orang tua, guru, atau siapapun yg lebih tua juga turut serta menciptakan suasana itu.

Orang-orang yg harusnya menjadi contoh,mengajarkan kebaikan justru memainkan peranan yg sebaliknya. mereka gk mampu mendidik generasi dibawahnya.

anak2 dan remaja itu cuma korban. ketidakmampuan generasi tua mendidik mereka.

anak2 sejatinya adalah anak2. mereka belajar dengan menirukan contoh yg ada di sekitar mereka. introspeksi diri kita perbaiki tingkah laku kita, maka mereka akan mencontoh kita tanpa banyak suara.

H E-A mengatakan...

Khansa Humaira R. Saya setuju. anak2 adalah manusia yang belum cakap untuk mengimplemtasikan haknya. orang2 di sekitanya memainkan peran penting untuk membantu dia menjadi manusia. karena dalam hukum HAM tanggung jawab dan kewajiban tidak hanya dibebankan pada negara tapi juga pada seluruh manusia. oleh karena itu 11 ciri pendidikan karakter mendorong sekolah menjadi model lingkungan yang dapat mereka tiru karena sekolah adalah miniatur kehidupan sosial yang nyata. salaam

Talisman

"Saya akan memberikanmu talismanIngatlah wajah si paling miskin dan si paling lemah yang mungkin pernah kau temui, kemudian tanyakan pada dirimu sendiri, apakah langkah yang kamu rencanakan akan berguna baginya. Apakah dia akan memperoleh sesuatu dari langkah itu? Apakah itu akan membuat dia dapat mengatur kehidupan dan nasibnya sendiri? Maka akan kamu dapatkan keraguan itu hilang.” Mahatma Gandhi