Simak Statistik

Minggu, 03 Juli 2011

Monitoring dan Evaluasi Partisipatif: Sebuah Pengantar


Herizal Effendi Arifin


Kata kunci – Key words: evaluasi, pendekatan, metode, partisipasi, program, manjemen, asesmen, review, monitoring, pertalian monitoring dan evaluasi, konvensional, prinsip-prinsip, fasilitator, langkah-langkah.

Tidak sedikit orang menafsirkan kata evaluasi sebagai mencari-cari kesalahan, mendiskreditkan, dan memberi penilaian yang buruk. Oleh karena itu banyak orang dalam sebuah organisasi alergi dengan kegiatan evaluasi. Evaluasi sebagai alat manajemen kerapkali dilupakan, dipakai hanya sebagai ”alat cuci piring setelah pesta usai”, dan dianaktirikan, bahkan dihindari. Sangat mungkin hal ini disebabkan pengalaman buruk yang sukar dilupakan ketika praktik evaluasi dimaknai dan dilakukan sebagai upaya bukan untuk memperbaiki kinerja dan memberikan yang terbaik untuk organisasi dan kelompok penerima manfaat dari program kerja organisasi. Disamping itu, kurang informasi peranan evaluasi, tidak tahu manfaat, dan tidak mengenali cara menjalankannya.

Alasan orang-orang enggan melakukan evaluasi, diantaranya:
®   Tidak tahu peranan evaluasi
®   Takut ada kesalahan yang diketemukan
®   Takut akan kegagalan
®   Manajer program atau proyek tidak terbuka (transparan)
®   Tidak punya skill dalam evaluasi
®   Biaya merancang ulang proyek
®   Terlalu sibuk.
®   Tidak ada waktu
®   Biaya tidak dianggarkan atau anggaran terbatas
®   Rancangan proyek lemah atau buruk
®   Tidak ada tuntutan bagi adanya evaluasi

1. Apa Itu Evaluasi?
Banyak sudah bertebaran rumusan evaluasi yang dilayangkan oleh para ahli dan praktisi manajemen dan evaluasi. Kita saksikan beberapa definisi evaluasi berikut:
  1. Evaluasi adalah menilai dampak dari serangkaian kerja dan tingkat yang sudah dicapai dalam rentang waktu tertentu. (Toolkits. A Practical Guide to Assessment, Monitoring, Review dan Evaluation. Save the Children: 1999)

  1. Berupaya mengukur relevansi, efisiensi dan efektivitas program. Ia mengukur apakah atau seberapakah masukan atau layanan program telah memperbaiki kualitas kehidupan manusia. (Bahan Bacaan Pelatihan Monitoring dan Evaluasi, diselenggarakan oleh CSSP untuk NGO-NGO mitra CSSP-USAID di Jakarta, 2002)
  
  1. Kegiatan yang dibatasi waktu, yang bertujuan untuk menilai sesuatu hal dengan perbandingan pada serangkaian kriteria tertentu (hasil yang diharapkan). (Herizal, Nori, dan Fatima. Manual Pemantauan dan Evaluasi. CSSP: Agustus 2004)  


Dari ketiga rumsuan di atas dapat dilihat kata kunci evaluasi adalah menilai dan mengukur relevansi, efektivitas, efisiensi, dan dampak [i]suatu program dengan kriteria tertentu. Evaluasi bukanlah menilai kinerja personal atau kapasitas organisasi. Meski keduanya mempengaruhi hasil hasil-hasil program. Untuk menilai kinerja personal (staf) dan organisasi perlukan cara dan alat lain, seperti asesmen.  Istilah evaluasi acapkali dikacaukan dengan istilah asesmen, kajiulang (review), dan monitoring dalam pelaksanaannya.

2. Apa Beda Evaluasi dengan Asesmen, Review, dan Monitoring?
Walaupun ketiganya merupakan alat manajemen untuk menilai dan mengukur, tapi mereka berbeda satu sama lain. Mari kita bandingkan:
·         Asesmen (assessment) adalah sebuah proses mengidentifikasi dan memahami sebuah masalah dan perencanaan serangkaian tindakan-tindakan untuk dilakukan. Hasil akhirnya adalah memiliki rencana kegiatan yang jelas dan realistik yang dirancang untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu.

Kapan dan mengapa asesmen dilakukan?
o   Ketika memulai program baru,
o   Ketika memperluas program di area baru,
o   Ketika memulai kerja dengan mitra baru,
o   Ketika perubahan langsung dari program yang ada, kemudian memerlukan tujuan dan baseline baru

·         Monitoring adalah penilaian (assessment) secara sistematis dan terus-menerus kemajuan serangkaian kegiatan. Ini adalah sebuah alat manajemen dasar dan universal untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam program. Tujuannya adalah membantu semua orang yang terlibat dalam program membuat keputusan yang tepat pada saat yang tepat pula untuk memperbaiki mutu kerjaan.

Informasi hasil monitoring digunakan sebagai bahan evaluasi. Hasil evaluasi merupakan bahan untuk perencanaan. Jadi Sukar melakukan evaluasi tanpa melakukan monitoring.
  
·         Kaji ulang (review) adalah menilai kemajuan serangkaian pekerjaan dalam rentang waktu tertentu. Tujuan utama (basic pupose) kaji ulang adalah melihat lebih dekat perjalanan suatu program dibandingkan melalui proses monitoring. Review dapat dilaksanakan untuk melihat aspek-aspek yang berbeda dari serangkaian kegiatan, dan dapat menggunakan seperangkat kriteria untuk mengukur kemajuan. Keputusan manajemen yang cocok kemudian dapat diambil. Review secara regular dapat dapat juga dilakukan sebagai bagian dari sebuah sistem monitoring. Review dapat dilakukan secara formal atau informal, luas atau dalam, secara internal (dengan staf) atau dengan mengundang orang luar.

Kapan dapat dilakukan?
Dapat dilakukan secara regular sebagai bagian dari sistem monitoring.

Sama-sama menggunakan seperangkat kriteria, lalu apa yang spesifik dari evaluasi sebagai pembeda dengan review? Review melihat banyak aspek dari seperangkat pekerjaan, sementara evaluasi hanya berkonsentrasi apakah pekerjaan mencapai tujuannya, apakah ia menghasilkan dampak. Dengan kata lain, apakah sudah ada perubahan positif sebagai hasil  program?


3. Mengapa Evaluasi Penting?
Evaluasi adalah penilaian yang sistematis mengenai relevansi, adekuat, progres, efisiensi, efektivitas, dan dampak dari suatu program (pendidikan, kesehatan, dan lain-lain). Evaluasi penting dilakukan dengan banyak alasan, seperti di bawah ini:
·         Memantau kemajuan dari suatu program
·         Memperlihatkan efektivitas program, termasuk efektivitas biaya
·         Menyediakan umpan balik kepada siapa pun yang terlibat dalam program
·         Memastikan komitmen dengan tindakan
·         Memperbaiki akuntabilitas pada tingkat menajemen dengan laporan manajemen tentang input, hasil, dan lain-lain kepada pemberi dana, para pengambil kebijakan, masyarakat, stakeholders lainnya.
·         Memahami bagaimana sebuah inisiatif (program) berjalan
·         Memberi pelajaran dan memperbaiki keputusan, perencanaan, dan tindakan di masa depan
·         Menentukan apakah tujuan sudah dicapai melalui inisiatif program
·         Membangun kerjasama
·         Menilai dampak
·         Sebagai pedoman bagi pengelola sebuah program
·         Dan lain-lain


4. Apa Saja Pendekatan dalam Evaluasi?
Paling tidak sejauh ini tersedia dua pendekatan yang lazim dipakai dalam melakukan evaluasi. Pendekatan pertama biasanya dikenal dengan pendekatan konvensional dan kedua adalah pendekatan partisipatif. Kedua pendekatan ini tidak dimaksudkan untuk saling meniadakan tapi saling melengkapi. Kedua pendekatan ini berbeda secara signifikan, meskipun kadangkala menggunakan metode dan teknik yang sama dalam operasinya.
 

Evaluasi  Konvensional
Evaluasi  Partisipatoris
Siapa yang merencanakan dan mengelola proses
Manajer Senior atau pakar dari luar
Masyarakat setempat, manajer dan staf proyek, dan stakeholder lain, kerapkali dibantu seorang fasilitator
Peranan stakeholder Utama (Kelompok sasaran)
Hanya memberi informasi, bahkan sering tidak diterlibatkan
Mendesain dan mengadaptasi metodologi, mengumpulkan dan menganalisis data, menyebarluaskan temuan dan mengaitkannya dengan tindakan, partisipasi luas 
Bagaimana sukses diukur
Ditentukan dari luar, terutama indikator kuantitatif
Indikator ditentukan secara internal, termasuk penilaian yang lebih kualitatif
Pendekatan
Ditentukan sebelumnya
Adaptif
Fokus
Akuntabilitas
Pembelajaran
Metode
Metode formal
Metode partipatif
Pemilikan
Pendana
Partisipan evaluasi
Outsiders
Evaluator
Fasilitator

Alat-alat evaluasi tidak bersifat partisipatif atau nonpartisipatif secara inheren (serta-merta). Tergantung pada bagaimana metode digunakan. Juga perencanaan, analisa dan penggunaan data. Jadi definisi evaluasi partisipatif adalah adanya keterlibatan konstituen (target group/klien). Jika konstituen hanya berperan memberi informasi maka tidak bersifat partisipatif.

5. Prinsip-Prinsip Evaluasi Partisipatif (EP)[1]
Di jantung EP terdapat empat prinsip yang luas :
Ü  Partisipasi – yang berarti mermbuka desain prosesnya untuk menyertakan mereka yang paling langsung terpengaruh dan bersepakat untuk menganalisis data secara bersama.

Ü  Inklusivitas EP memerlukan negosiasi untuk mencapai kesepakatan tentang apa yang akan dievaluasi, bagaimana dan kapan data akan dikumpulkan dan dianalisis, apa makna data tersebut sebenarnya, dan bagaimana berbagai temuan akan disebarluaskan dan ditindaklanjuti;

Ü  Ini menuju pada pembelajaran yang menjadi landasan bagi tidakan perbaikan dan korektif yang berikutnya;

Ü  Karena jumlah, peranan dan keterampilan para stakeholder, maka lingkungan eksternal serta faktor lain berubah dari waktu ke waktu; fleksibilitas pun menjadi amat penting.

6. Bagaimana Memulai Evaluasi Partisipatif?
Rencana evaluasi menentukan:
·         Apa (data)
·         Bagaimana (metode)
·         Siapa (orang/tim)
·         Seberapa sering (jadual)

Terpokok dalam evaluasi adalah menyusun lingkup kerja. Lingkup kerja adalah rencana kerja untuk melakukan evaluasi, yaitu uraian yang jelas yang dapat digunakan untuk memandu perkerjaan tim evaluasi.

Mengapa menyusun lingkup kerja (scope of work) penting?
Lingkup kerja evaluasi yang tersusun baik akan menuntun pekerjaan, sehingga kebutuhan manajemen terpenuhi. Pengalaman mengajarkan, tidaklah sia-sia mencurahkan waktu dan tenaga untuk mempersiapkan lingkup kerja evaluasi. Apabila ia tersusun baik akan menghasilkan evaluasi yang bermutu, relevan, dan bermanfaat. Ia sangat bermanfaat bagi donatur dan penerima hibah serta stakeholer lainnya.

Apa saja elemen lingkup kerja evaluasi?
Ketika menyusun lingkup kerja evaluasi, cobalah merinci elemen-elemen berikut:
  1. Memutuskan jika pendekatan evaluasi partisipatif cocok.
Evaluasi partisipatif secara khusus bermanfaat ketika ada pertanyaan-pertanyaan tentang kesukaran-kesukaran implementasi atau pengaruh atau akibat program pada mitra-mitra, atau ketika informasi diinginkan tentang pengetahuan stakeholder dari goal program atau pandangan mereka tentang progres diperlukan.

Pendekatan evaluasi konvensional atau tradisonal mungkin lebih cocok ketika ada kebutuhan untuk penilaian dari orang luar yang independen, ketika informasi secara khusus diperlukan hanya dapat disediakan oleh bantuan tenaga ahli, ketika stakeholder kunci tidak memiliki waktu untuk berpartisipasi, atau ketika ada masalah serius diantara sakeholder bahwa kerjasama atau pendekatan kolaborasi mungkin akan gagal.
   
  1. Aspek yang Dievaluasi: kegiatan, hasil, dan sasaran strategis.
Apa yang akan dievaluasi? Mungkin satu kegiatan tunggal atau serangkai kegiatan yagn saling berkait untuk mencapai hasil tertentu. Mungkin juga evaluasi dilakukan terhadap strategi lebih luas untuk mencapai sasaran strategis tertentu.

Sebutkan dengan tepat: nama kegiatan atau program, judul, otorisasi, jenis pendanaan kegiatan atau program, tanggal penyelesaian pekerjaan. Sebutkan juga secara khusus kegiatan spesifik apa yang dievaluasi, jika ada.

Unsur-unsur yang dievaluasi biasanya meliputi:

Unsur-Unsur Evaluasi
Perencanaan
·         Tujuan
·         Sasaran
·         Kegiatan
·         Jadual
·         Asumsi
Dukungan
·         Struktur program atau proyek
·         Sistem keuangan
·         Ssitem adminsitrasi
·         Sistem informasi
·         Kepemimpinan
·         Keterampilan staf

Implementasi
·         Kegiatan
Pemantauan
·         Pemantauan

Prestasi
·         Keluaran (outputs) dan hasil
·         Sasaran dan akibat
·         Tujuan dan dampak
·         Asumsi
Hubungan Eksternal
·         Hubungan dengan donatur, jika ada
·         Hubungan dengan sakeholder lain.

  1. Latar Belakang
Beri penjelasan singkat tentang riwayat dan status kegiatan atau program saat ini, organisasi pelaksana kegiatan dan pihak yang terlibat, sert informasi tambahan lain yang membantu tim evaluasi memahami laar belakang dan konteks dari kegiatan yang akan dievaluasi

  1. Sumber informasi yang tersedia
sebutkan sumber informasi yang tersedia, informasi yang relevan menggambarkan kinerja. Misalnya, sistem pemantauan kinerja atau laporan evaluasi sebelumnya. Jika ada keterangan mengenai jenis data yang tersedia, jadwal kerja, dan uraian tentang mutu dan keterandalan pekerjaan; tim evaluasi akan lebih muda bekerja dengan menggunakan data yang sudah tersedia.


  1. Tujuan Evaluasi 
Evaluasi hanya dapat dilakukan jika memang ada kebutuhan manajemen yang jelas. Sebutkan kebutuhan evaluasi, untuk siapa, dan tujuannya apa? Turunkan dalam pertanyaan, seperti:
    • Siapa yang menginginkan informasi?
    • Apa yang ingin diketahui?
    • Untuk apa informasi digunakan?
    • Bila saat diperlukan?
    • Seakurat apa?

Ada beberapa tujuan umum evaluasi. Evaluasi biasanya dilakukan untuk:
·         Mengapa hasil yang diperoleh sesuai atau tidak sesuai dengan harapan
·         Menguji keabsahan hipotesis dan asumsi suatu rencana kerja
·         Melihat apakah kebutuhan dari berbagai kelompok khusus (jender, umur, kelompok etnis, status sosial, dll) sudah terpenuhi?
·         Mendaftar dan mempelajari dampak-dampak yang tidak diinginkan dari operasi program?
·         Melihat keberlanjutan kegiatan-kegiatan dan hasilnya
·         Belajar dari pengalaman pelaku-pelaku lain yang mungkin berguna
·         Melihat efektivitas strategi pelaku antarpelaku  
 
Tahap (1) - (4) ini sebenarkan tahap penentuan fokus evaluasi. Metode yang diapakai biasanya membaca dokumen (document review). Pertanyaannya adalah kegiatan atau program apa ini? Apa yang perlu dievaluasi? Untuk siapa evaluasi ini?

  1. Pertanyaan-Pertanyaan Evaluasi
Rumuskan pertanyaan evaluasi. Pertanyaan yang samar mengarah pada jawaan yang  samar pula. Batasi jumlah pertanyaan. Pertanyaan yang terlalu banyak akan mengaburkan inti persoalan. Pastikan daftar pernyaan tersebut merupakan hal yang penting bagi manajemen kegiatan.

Salah satu cara memilih pertanyaan kunci adalah dengan membayangkan hal apa saja yang akan ditanyakan oleh penguna kegiatan. Bayangkan hal apa saja bagi mereka penting. Jangan beri orang pertanyaan yang mereka sudah tahu jawabannya.

Pilih pertanyaan yang jawabannya dapat dirujuk ke kenyataan atau bukti emperis. Ajak mereka menjawab berdasarkan kenyataan empiris, bukan opini subjektif, dan identifikasi sumber dan acuan dari bukti-bukti yang diminta.

Tahap ini sering disebut tahap memformulasi pertanyaan. Pertanyaan: apa isu-isu pokoknya? Apa yang kita perlu tahu? Apa jenis pertanyaan yang kita tanyakan?

  1. Metode evaluasi
Bagian ini memuat keseluruhan rancangan strategi untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan evaluasi, berisi uraian untuk mengumpulkan dan menganalisis data

Aspek ayng biasa dibicarakan dalam kaitan ini adalah:
·         Keluasan strategi disain evaluasi, bagaimana cara disain tersebut menjawab kebutuhan evaluasi.
·         Dari siapa (atau apa) dan bagaimana data akan dikumpulkan
·         Bagaimana data akan dianalisis

Langkah satu:
Pilih disain strategi keseluruhan
Pemilihan disain evaluasi sangat bergantung pada pertanyaan evaluasi. Terdapat berbagai disain (studi kasus, survei pada suatu sampel, evaluasi komperatif, atau menganalisis data yang tersedia). Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang satu sesuai atau kurang sesuai untuk pertanyaan evaluasi tertentu.

Jika pertanyaan adalah: berapa prosen siswa miskin di suatu sekolah menerima beasiswa dari bantuan dana BOS? Survei sederhana mungkin cocok. Jika pertanyaan adalah mengapa siswa tidak dapat menerima manfaat dari bantuan dana BOS? Metode rapid appraisal (PRA) melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) mungkin lebih cocok.

Namun untuk pertanyaan: apakah metode pengajaran X lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa dari metode Y? Disain evaluasi komperatif mungkin lebih dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan.

Pada tahap ini tantangannya adalah pada perumusan disain yang dapat menampung jawaban yang terpecaya, dengan keabsahan tinggi, yang juga layak dari segi waktu ketersediaan sumber daya.

Dalam praktik disain-disain tersebut mungkin menggabungkan pendekatan-pendekatan berbeda. Contoh, sebuah survei sampel mungkin digabungkan dengan studi kasus. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kpersuasifan sebuah argumen atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan evaluasi yang berbeda.

Beberapa alat pengumpulan data yang lazim dipakai:
·         Focus Group Discussions (FGD)
·         Wawancara (Interview)
·         Survei
·         Kuesioner
·         Data Sekunder (hasil riset, sensus, berita media, laporan resmi, dll)
·         Laporan Proyek/Staf
·         Review/Assessment workshop/rapat
·         Teknik PRA (mapping, matrix,venn diagrams, ranking/scoring dll)

Langkah dua:
Rencana pengumpulan dan analisis data
Pengumpulan dan analisis data biasanya menyebutkan:
·         Unit analisis dari data yang akan dikumpulkan (individu, keluarga, organisasi, komunitas, klinik-klinik, dll).
·         Kebutuhan pengelompokan data (berdasarkan gender, kelompok etnik, lokasi).
·         Prosedur pengelompokan sampel dan populasi (random sampling, sampling terarah (memilih berdasarkan kehendak kita), rekomendasi dari tokoh masyarakat.
·         Teknik-teknik atau perangkat yang digunakan untuk mengambil data (angket terstruktur, observasi langsung, panduan wawancara terstruktur, perangkat untuk mengukur kualitas air, dll).
·         Waktu dan frekuensi pengumpulan data.
·         Bagaimana data akan dianalisis (metode kuantitatif seperti tabulasi silang atau analisis regresi, atau metode kualitatif seperti analisis isi).

Kadang-kadang Lingkup Kerja Evaluasi tidak menyebutkan strategi desain, juga tidak mencantumkan rencana pengumpulan dan analisis data; tim evaluasi dipersilahkan memilih sendiri tekniknya. Artinya, Lingkup Kerja Evaluasi tersebut disusun secara luwes dan menyediakan ruang bagi tim evaluasi untuk melengkapinya dengan metodologi evaluasi.

  1. Tim Pelaksana Evaluasi dan Partisipan
Lengkapi tim sesuai kebutuhan, baik dari segi jumlah, maupun dari segi kualifikasi dan keahliannya. Kemampuan yang dibutuhkan, misalnya:
·         Kecakapan bahasa.
·         Kompetensi teknis untuk masalah tertentu.
·         Pengalaman kerja di negara tersebut
·         Keahlian dalam metode evaluasi dan analisis data
·         Keterampilan memfasilitasi
·         Keterampilan analisis gender.

Titik berat evaluasi, metode, dan analisis akan menentukan komposisi tim evaluasi. Dianjurkan untuk membentuk tim evaluasi yang multi disiplin, dengan beragam keterampilan khusus dan sekurang-kurangnya satu orang spesialis evaluasi. Kemampuan fasilitasi biasanya diperlukan apabila dikehendaki evaluasi yang partisipatif.

Sangat dianjurkan untuk memperluas partisipasi, dengan menyertakan semua pihak yang terlibat. Itu bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan evaluasi, juga agar mereka dapat memberikan sumbangan dalam merumuskan rekomendasi evaluasi.

Kadang-kadang –-- bilamana ada kebutuhan khusus untuk mempertahankan objektivitas dan independensi--- ada gunanya untuk memastikan bahwa tidak ada konflik kepentingan dalam tim evaluasi. Untuk menghindari bias, pastikan tim evaluasi tidak memiliki kepentingan khusus terhadap hasil evaluasi. Hal semacam ini dapat juga diatasi dengan membentuk tim yang seimbang, yang mewakili berbagai macam sudut pandang.

  1. Prosedur: Jadwal dan Logistik
Perlihatkan berbagai syarata yang harus dipenuhi, yang menyangkut jadwal dan logistik. Cantumkan:
·         Jadwal evaluasi, menyangkut durasi, tahap dan alur kegiatan.
·         Pertimbangkan jam kerja, hari libur, dan jumlah hari kerja dalam seminggu.
·         Dokumen-dokumen penting yang diperlukan (laporan, ringkasan, catatan pertemuan dsb).
·         Cuaca, pengaturan perjalanan, kondisi sosio-kultural yang mempengaruhi prosedur pemerolehan informasi.
·         Layanan yang perlu disediakan: penerjemah lokal, pewawancara, pengolah  data, supir dll.
·         Perangkat penting lainnya: ruang kerja, kendaraan, komputer, alat perekam, kalkulator, dll.
·         Prosedur untuk penyelenggaraan pertemuan atau rapat.


10. Pelaporan dan Penyajian Hasil
Apakah perlu untuk menuliskan dan menyajikan Laporan Evaluasi? Semua aktivitas evaluasi semestinya menghasilkan temuan penting, kesimpulan dan rekomendasi. Tingkat keresmian laporan ditentukan oleh jenis laporan, tingkat kepentingannya, kelengkapan dan kerincian serta sumber daya yang tersedia untuk melakukan pekerjaan evaluasi.

Berikut ini yang harus dipertimbangkan:
·         Tanggal penyerahan Laporan Sementara dan Laporan Final.
·         Jumlah kopi laporan.
·         Bahasa yang dipergunakan dalam laporan.
·         Batas halaman dan format laporan.
·         Perlukah menyertakan data mentah?

Umumnya Laporan Evaluasi tersusun seprti berikut ini:
·         Ringkasan eksekutif.
·         Lembar Kegiatan (kadang-kadang diperulkan).
·         Daftar Isi.
·         Laporan Utama.
·         Lampiran.

11. Anggaran
Sebutkan biaya yang diperlukan serta sumber pendanaannya.
Perkiraan biaya biasanya mencakup: perjalanan (antarnegara, antarkota, transportasi setempat); upah anggota tim, perdiem dan pengeluaran, pembayaran untuk mitra ataupun pihak lain yang terlibat, upah penerjemah, pewawancara, pengolah data dan tenaga sekretariat.

Tidak ada panduan yang kaku tentang penyusunan prakiraan biaya, ini tergantung pada (seberapa luas) lingkup evaluasinya (banyaknya aktivitas, jumlah pertanyaan evaluasi, metode yang dipergunakan. Dan derajat validitas yang diinginkan (ketepatan, keterandalan).

Besarnya biaya selalu terkait dengan seberapa pentingkah evaluasi ini  bagi manajemen kegiatan. Besarnya biaya pemantuan dan evaluasi biasanya berkisar antara tiga hingga sepuluh persen dari biaya kegiatan.

***

Bacaan utama

Bahan Bacaan Pelatihan Monitoring dan Evaluasi, diselenggarakan oleh CSSP untuk NGO-NGO mitra CSSP-USAID di Jakarta, 2002

Herizal, Nori, dan Fatima. Manual Pemantauan dan Evaluasi. CSSP: Agustus 2004

Toolkits. A Practical Guide to Assessment, Monitoring, Review dan Evaluation. Save the Children: 1999



[1] Bahan Bacaan Pelatihan Monitoring dan Evaluasi, diselenggarakan oleh CSSP untuk NGO-NGO mitra CSSP-USAID di Jakarta, 2002


[i] Relevansi adalah derajat sejauh mana tujuan program tetap sahih (valid) dan penting seperti pada saat awal perencanaan atau setelah ada perubahan karena adanya kondisi yang berubah dalam lingkup program dan lingkup luar program.

Efektivitas adalah sejauh mana sautu program mencapai tujuannya atau mewujudkan hasil yang direncanakan.

Efisiensi adalah upaya perubahan input menjadi output secara optimal.

Dampak adalah hasil program yagn dinilai berdasarkan acuan tujuan jangka panjang program. Adalah juga perubahan terhadap kondisi, baik yang direncanakan atau tidak, positif atau negatif yang dihasilkan oleh program tersebut. 

Selengkapnya lihat Manual Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Program [go to link-klik]


Tidak ada komentar:

Talisman

"Saya akan memberikanmu talismanIngatlah wajah si paling miskin dan si paling lemah yang mungkin pernah kau temui, kemudian tanyakan pada dirimu sendiri, apakah langkah yang kamu rencanakan akan berguna baginya. Apakah dia akan memperoleh sesuatu dari langkah itu? Apakah itu akan membuat dia dapat mengatur kehidupan dan nasibnya sendiri? Maka akan kamu dapatkan keraguan itu hilang.” Mahatma Gandhi